Rabu, 05 Mei 2010

Apa yang salah dengan Bangsa dan Negeri Indonesia Tercintaku ini ? ?


Indonesia boleh dikatakan sebagai negeri dan bangsa dengan sejuta serba keganjilan. Keganjilan dalam makna negatif. Betapa tak lumrah, seorang pegawai pajak golongan III A yang latar belakang keluarganya yang orang sangat biasa tiba-tiba memiliki rekening Rp. 28 miliar sebagaimana dijumpai dalam kasus Gayus Tambuan. Sungguh spektakuler. lalu, orang berasumsi kemana-mana, jika pegawai golongan rendah saja mampu meraup dana sebesar itu,bagaimana dengan golongan di atasnya? Kenyataan yang super ganjil baru dalam satu kasus dan satu instansi atau bagian dari instansi pemerintahan, bagaimana dengan kasus-kasus dan instansi-instansi lainnya.

        Di negeri ini, dapat didaftar para koruptor kelas hiu atau lebih besar lagi yang dengan mudah lari (dilarikan, disuruh lari?) ke negeri tetangga dan kemudian tak terjerat hukum. Sebagian yang dijerat hukumpun dengan enteng diganjar vonis super ringan. Sementara menjerat kasus-kasus korupsi,mafia kasus atau mafia hukum, dan berbagai jenis kejahatan kerah putih lainna sering begitu berliku dalam menanganinya dari hulu sampai hilir. Berbeda sekali ketika harus menjerat kasus-kasus wong cilik seperti yang menimpa Mbok Minah yang mencuri 3 buah coklat, pencuri jagung pencuri semangka, bahkan hanya pencuri setrum listrik untuk men-charge handphone. Dalam menangani kasus-kasus raksasa aparat kesulitan menemukan alat bukti dan tampak sekali ketat kriterianya. Adapun untuk kasus-kasus kecil, alat bukti itu dengan mudah didapat dan aparatpun lancar melakukannya.

        Di penjara terpidana seperti Artalyta Suryani dan sejenisnya dengan mudah memperoleh perlakuan istimewa, bahkan dibuatkan istana dalam hotel Prodeo tersebut. Sementara, untuk terpidana kelas teri dan kejahatan kriminal biasa ditumpuk seperti jejeran pindang mati. Hukum dan perlakukan hukum serta hal-hal yang berkaitan dengannya sering menjadi dan menampilkan kenyataan yang ganjil, tidak lumrah, dan penuh penyimpangan yang merusak nalar dan tatanan apapun, Tetapi semua seolah berlalu begitu saja. Bahkan mega skandal Century pasca keputusan DPR seolah raib atau menguap ditelan angin. Masih banyak sejuta kasus, skandal, peristiwa, dan drama yang buram terjadi sarat keganjilan, yang tak masuk akal dalam kezaliman suatu bangsa dan negara yang normal. Banyak hal abnormal terjadi dan kemudian pada kesimpulan, bahwa itu berlalu begitu saja dan akhirnya seakan menjadi normal.

     Apakah di antara kita sampai pada kesimpulan, bahwa inilah bangsa dan negeri dengan segala abnormalitas yang diawetkan dan telah menjadi budaya yang karatan. Hal-hal buruk, rusak, kemunkaran, dan segala jenis kebobrokan terjadi, membesar, kemudian mengempis, dan bahkan menular luas namun dibiarkan dan terus terjadi menjadi panorama yang normal dan biasa. Sebuah bangsa dan negeri yang sebenarnya carut-marut, bahkan hancur, tetapi seakan berjalan normal dan tidak jarang menjadi kebanggaan semu yang berlebihan. Negeri dan bangsa yang membanggakan dirinya sendiri, tetapi sesungguhnya luluh-lantak dalam banyak segi kehidupan.

    Apa yang salah dengan bangsa dan negeri Indonesia tercinta? Jika kita bertanya dengan nada seperti itu akan dihantam oleh logika cara berpikir semacam itu merupakan bentuk pesimisme, negative thinking, dan tidak mencintai bangsa dan negeri sendiri. Padahal, dari hari ke hari suguhan yang hadir di hadapan jutaan rakyat adalah berbagai pertunjukan keganjilan, skandal, dan kasus yang serba telanjang dada. Dari korupsi yang menggurita, hukum yang hancur lebur, hutan dan sumber daya alam yang dirusak-binasakan, aset-aset negara yang tergadaikan, dan rakyat yang jelata di negerinya sendiri setelah 64 tahun merdeka. Jangan-jangan selain sistem yang telah lama rapuh dan dirusak, juga karakter bangsa ini termasuk para elit dan pejabat publik sudah lama compang-camping bagaikan gombal atau pakaian butut. Negeri yang bermental, berperilaku, serta berkarakter rombengan!




Tomy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar