Sabtu, 17 Desember 2011

ISTIQOMAH DI ERA GLOBALISASI

     Globalisasi mengandung arti melenyapkan dinding n jarak antara 1 bangsa n kebudayaan dng bangsa dan kebudayaan lain. Batas geografis antar negara karena bebas dilintasi mjd  menipis bahkan seolah tiada. Sehingga semuanya menjadi dekat dng kebudayaan dunia, pasar dunia, dan keluarga dunia. Begitu dekatnya, muncul sebutan bahwa globalisasi tlah merubah dunia memjd njadi desa dunia. Apa yg terjadi di suatu tempat di bagian dunia, dgn teknologi canggih dlm bidang informasi, pd saat bersamaan hampir tdk kehilangan waktu cepat diketahui di seluruh bagian dunia lainnya.
     Di era globalisasi ini lalulintas wacana pemikiran baru terjadi secara cepat dan pesat. Adalah hal biasa dlm menanggapi wacana pemikiran baru sering terjadi pro dan kontra. Apalagi bila masalahnya berat dan mendasar sehingga menyentuh kehidupan umat manusia, baik di bidang politik, ekonomi, kebudayaan, bahkan agama. Para penanggap dituntut mestilah berdada lapang dan berjiwa besar, saling menghargai dan menghormati. shg  kerukunan dan kedamaian tetap terjaga.
     Manusia yang mjd penghuni planet bumi ini, atas kehendak Allah Yang Maha Pencipta, memiliki perbedaan. Ini adalah sesuatu yang nyata, tdk bisa dibantah. Perbedaan antar manusia, baik perbedaan bahasa, ras, maupun agama, pasti ada hikmahnya. Agar mereka yg mengakui dan menerima perbedaan ini menyadari perlu bekerjasama dlm kebajikan dan takwa. Bukan bekerjasama dalam dosa dan permusuhan atau pelanggaran. Antar manusia yang berbeda dapat kita pahami bahwa mereka memiliki peradaban yang beragam. Perbedaan peradaban merupakan sumber kekayaan dan kebaikan bagi semua. Jadi, peradaban yang satu dengan peradaban yg lain jgn dipertentangkan dan dibenturkan, apalagi dipertarungkan. Bahkan sebaiknya, peradaban yg beragam bisa berdialog, hidup berdampingan, dan saling memberi. Hendaklah jangan ada pihak yang memaksakan kehendaknya agar peradabannya diterima oleh pihak lain.

     Muhammadiyah, sebagai gerakan Islam harus mewaspadai globalisasi ke mana arah tujuannya. Sebab ada yang menyatakan bahwa globalisasi adalah penjajahan gaya baru atau penjajahan lama yang tampil dalam busana dan nama baru. Sebagai gerakan tajdid dan dakwah, Muhammadiyah tentu menyambut pembaruan penyampaian Islam disesuaikan dengan bahasa zamannya. Sebab dalam abad ke dua yang sedang dilalui ini, Muhammadiyah pasti mendambakan yang lebih baik dan dinamis. Tetapi dalam melaksanakan semua itu, Muhammadiyah bersikap mandiri dalam menentukan langkah dan kebijakannya. Sementara itu, Muhammadiyah yang beraliran moderat memiliki beberapa keistimewaan antara lain memberi kemudahan dalam berfatwa, menyampaikan berita gembira dalam berdakwah, memiliki sikap toleransi atau tasamuh, suka berdialog dengan mereka yang berbeda pendapat, dan tidak memaksakan kehendak.
     Dalam arus derasnya berbagai wacana pemikiran baru di era ini, Muhammadiyah jangan menepi dan menyendiri. Hanya menjadi penonton dan tidak berbuat apa-apa. Tetapi harus terjun ke tengah untuk turut berperan mengarahkan dengan memberi sumbangan pemikiran yang positif. Keikutsertaannya di samping untuk memperluas hubungan dan membangun jaringan kerjasama, juga untuk menjaga keseimbangan sehingga semua pemikiran mengarah kepada perdamaian dan kesejahteraan. Sebab Muhammadiyah beramal dan berjuang, sebagaimana disebutkan dalam Kepribadian Muhammadiyah, untuk perdamaian dan kesejahteraan. Untuk dapat melaksanakan peran mulia itu, Muhammadiyah harus memegang teguh apa yang diyakini sebagai sesuatu yang benar dan baik dengan tetap membuka dialog dengan pihak lain.
     Muhammadiyah, baik pimpinan, kader maupun para anggotanya dalam berjuang harus istiqomah. Istiqomah artinya teguh hati atau teguh pendirian. Kita berada dalam Muhammadiyah, apa pun kedudukan dan posisi masing-masing harus istiqomah atau teguh pendirian. Siapa yang memiliki sikap istiqomah, maka ia tidak mudah bergeser atau beranjak dari tempat tegak berdiri. Ia tidak dapat dicondongkan ke kiri dan ke kanan. Tidak bisa dimundurkan ke belakang atau dimajukan ke depan. Apa pun yang terjadi, pendirian tak akan dilepaskan. Siapa pun yang berada dalam Muhammadiyah adalah orang beragama Islam dan meyakini kebenarannya. Karena itu, jelas sangat perlu memiliki sikap istiqomah. Allah menjanjikan terhadap mustaqim (orang yang istiqomah), “Jika mereka tetap bersikap istiqomah di atas jalan kebenaran, maka pastilah Kami akan memberi kepada mereka air yang segar”. (Qs Jin [72] : 16). 
     Inilah pesan Rasulullah Muhammad saw. Pada suatu hari, Sufyan bin Abdullah, menemui Rasulullah saw mohon nasehat tentang pendirian hidup. Ia mohon diterangkan tentang inti agama sehingga setelah ia mendapatkan keterangan dari beliau, ia tak perlu lagi bertanya kepada orang lain. Beliau memberi nasehat singkat kepadanya, “Qul! Amantu billaah tsummastaqim!” – “Katakanlah! Aku percaya kepada Allah kemudian pegang teguhlah pendirian itu!” Pesan nasehat beliau itu memang singkat, tetapi sangat jelas. Keyakinan atau kepercayaan kepada adanya Allah disuruh pelihara baik-baik dan dipegang teguh. Sebab, inilah yang menjadi pangkal tempat bertolak sebelum berbuat . Pesan itu bukan hanya berlaku bagi yang bertanya kepada beliau, tetapi juga berlaku bagi kita yang hidup di era globalisasi ini.
     Pada setiap masa, terlebih lagi di era ini, sangat diperlukan kita memiliki sikap istiqomah. Dalam hidup di zaman seperti ini, kita harus bergerak maju secara dinamis. Jangan statis, apalagi putus asa. Tidak boleh mandeg berhenti beramal dan berjuang dalam segala cuaca dan keadaan. Kita tetap teguh pendirian, berjalan di atas kebenaran, tidak boleh goyah, apalagi takut oleh lajunya perubahan. Nah, tetap istiqomahlah dan kuatlah dalam memegang pendirian serta tegak teguhlah laksana batukarang di lautan. Tiap hari dilanda hempasan ombak dan gelombang, tetapi batukarang tetap tegak berdiri, menambah kokoh dirinya, dan sedikit pun tidak pernah bergeser. Bahkan ombak dan gelombanglah, setelah menabrak batukarang itu, yang terpecah, tersebar, dan berhamburan.
M. Muchlas Abror
SM 18 / 96 | 16 - 30 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar