Usai menyelesaikan pendidikannya di Universitas Leiden, Belanda, Raden Mas Rangga Puruhita pun kembali ke negerinya Hindia Belanda, dengan semangat ingin segera memperbaiki nasib bangsanya yang masih terpuruk. Ia dijemput oleh abdi dalem yang bernama R.Ngabei Suratman. R.M Rangga Puruhita adalah cucu Pakubuwono X, tepatnya putra KGPH Suryanegara. Di kapal ia bertemu Noni Belanda yang sangat cantik dengan rambutnya yang pirang, namanya Everdine Kareen Spinoza. Serta diadakan pesta dansa di Batavia, Kareen juga datang begitu juga dengan Rangga.Pesta tersebut berlangsung disebuah hotel. Sejak itulah Rangga mulai jatuh cinta pada Kareen.

Rangga Puruhita kemudian kerja dipabrik gula De Winst yang sahanmnya 20% milik ayahnya. De Winst sebagian besar sahamnya dikuasai oleh Belanda. Rangga ingin menegakkan keadilan pada kaum pribumi yang gajinya rendah di De Winst. Tuan Edward Biljmer adalah seorang belanda totok yang mengenyam pendidikan tinggi di universiteit Leiden, Fakultas Ekonomi. Beliau termasuk orang De Winst.

Perjodohan Rangga dengan Sekar, ternyata Sekar sendiri tidak setuju. Ia lebih memilih pemuda yang selama ini mengajari Sekar menulis maupun berfilsafat, namanya Jatmiko. Namun KGPH Surya Kusuma, ayahanda Sekar tidak suka dengan Jatmiko.





Dengan kematian Jan Thijsse dan Sekar dibuang, Rangga menikah dengan Kareen namun setelah itu Rangga dihukum oleh Belanda karena banyak memberontak sehingga ia dibuang oleh Belanda. Sekarang nama Kareen menjadi Syahidah.
UNSUR INTRINSIK
- Tema : kebudayaan dan percintaan tak bisa terpisahkan
- Tokoh :
- Pelaku utama : Rangga dan Kareen
- Pelaku sampingan : Tjanthisse, Sekar (Kresna), Pratiwi, Suryanegara, Suryakusuma,
Partini, Jatniko, Suratman.
- Sudut pandang : Orang ketiga serba tahu (penyebutan nama sesseorang).
- Penokohan :
- Protagonis : Rangga, Kareen, Sekar, Pratiwi (menegakkan keadilan).
- Antagonis : Jan Thijsse, Para meneer belanda (semena-mena).
- Tritagonis : Partini
- Setting :
- Tempat : Solo, De Winst, Hotel, Kraton, Batavia.
- Waktu : siang, malam, tahun 1930.
- Suasana : tragedi.
- Nada dan suasana :
- Nada : disukai (Rangga, Kareen, Sekar, Pratiwi), dibenci (Jan Thijsse, Parameneer Belanda).
- Suasana : tragedi
- Majas :
- Personifikasi : angin buritan menampar-nampar syalnya.
- Simile : pelapis tubuhnya laksana kualam putih yang halus.
- Alusio : aku memang hanya seekor pungguk yang merindukan bulan.
- Hiperbola : Rangga merasakan debur yang bergemuruh didadanya seakan sebuah tsunami dasyat barusan mengggempurnya.
- Alur : alur maju
- Pesan :
- Tetap peganglah teguh dan tegakkan kebenaran apapun kondisi dan suasananya.
- Jika kita mencintai seseorang maka jangan pernah berpaling.
- Jangan mengikuti kebudayaan yang justru tidak membuat pemikira menjadi maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar