KERAPUHAN IDEOLOGI
KAUM MUDA MUSLIM
Saat ini kita harus
mengakui bahwa mayoritas anak muda Islam mengalami pengeroposan ideologi
keislaman. Akibatnya mereka mudah silau oleh gebyar keduniaan. Mudah dipermainkan
dan dijadikan mainan kelompok lain yang lebih kuat ideologinya.
A
|
da K-pop
semua ikut demam. Semua menjadi pemuja grup band Korea semisal Suju (SuperJunior), SNSD, Dalmatin, A Pink, maupun semisal JKT 48, 7 Icon, Cherry Belle, G
String, Princess dan lainya. Mereka menjadi pemuja grup musik tanpa
mempertimbangkan busana, penampi-lan, dan syiar lagu yang mereka nyanyikan itu
menabrak aturan agama Islam atau tidak.
Pada bagian lain, kaum muda Muslim yang masih sadar akan
identitas kemuslimannya banyak pula yang terombang-ambing oleh banyaknya
ideologi Islam yang bersliweran di sekitar keluarganya.
Apalagi semenjak masa reformasi 1998 sales penjaja ideologi Islam
semakin banyak dan beragan seperti tumbuhnya jamur di musim hujan. Dagangan yang
dibawa juga sangat beragam. Ada yang sekedar menjajakan pengobatan bekam dan
rukyah, namun ada pula yang menjajakan partai, menjajakan gagasan Negara Islam Indonesia,
menjajakan jenggot dan jubah, menjajakan paham Khilafah Islamiyah, dan berbagai
bentuk dagangan yang lain yang dikemas dan diklaim berideologi Islam.
Keluarga besar Muhammadiyah juga mengalami hal ini. Mungkin
ada putra/putri aktivis PRM, PCM, PDM yang tiba-tiba saja berbalik memusuhi Muhammadiyah
setelah berkenalan dengan faham Islam lain. Bahkan ada pula yang sekedar
memusuhi Muhammadiyah namun malah memusuhi dan mengkafirkan ayah dan ibunya
sendiri.
Banyak aktivis AMM (Pemuda Muhammadiyah, NA, IMM, maupun
IPM) yang terkagum-kagum ketika meilhat gerakan Ikhwanul Muslimin, HTI, MTA,
Salafy, MMI, JAT dan lain sebagainya. Mereka mengira yang baru dilihat itu
terlihat lebih Islami dan dahsyat dibanding gerakan Muhammadiyah.
Mungkin, anak-anak muda itu belum tahu apalagi mengkaji
manhaj gerakan dan ideologi Islam seperti apa yang diperjuangkan oleh
kelompok-kelompok itu apakah ideologi dan cita-cita itu sesuai ataukah justru
bertentangan dengan cita-cita dan ideologi Muhammadiyah.
Banyak pula aktivis AMM yang silau oleh gebyar dunia politik
praktis sehingga meremehkan dan menganggap kecil semua pretasi dan dakwah Muhammadiyah
yang selama ini bergerak di jalan sunyi. Menjadi Bupati, Gubenur, atau anggota
DPR diangap jauh lebih mulia dibanding sekedar menjadi ketua PWM, menjadi
rektor, menjadi dosen, kepala sekolah, takmir masjid atau direktur amal usaha Muhammadiyah.
Banyak diantara anak muda Muhammadiyah bahkan yang telah menjadi
Pimpinan di Ortom setingkat Daerah, Wilayah dan bahkan Pusat yang belum pernah
tahu apa itu masalah lima, MKCH, PHIWM, khitah-khitah Muhammadiyah, dan hal-hal
dasar lain yang harus diketahui tentang Muhammadiyah. Bahkan, mungkin ada pula yang
belum pernah membaca AD-ART Muhammadiyah secara menyeluruh mulai mukaddimahnya,
apalagi membaca dan memahami Manhaj Tarjih Muhammadiyah.
Kalau ini tidak segera diatasi, akan semakin banyak anak
muda Muhammadiyah yang semakin galau di persimpangan jalan. Ada yang terperosok
ke arus gerakan Islam yang tidak jelas namun akan semakin banyak pula kader yang
terjun bebas ke dunia politik praktis tanpa mendapat bekal yang cukup dari Muhammadiyah.
Mereka hanya akan bisa memanfaatkan Muhammadiyah sebagai batu pijakan untuk
melompat namun tidak tahu apa yang harus dikerjakan agar cita-cita Muhammadiyah
bisa terwujud dari lapangan politik. (isma)
SUARA MUHAMMADIYAH 18 / 99
| 21 DZULQA’DAH – 5 DZULHIJJAH 1435 H