Senin, 15 September 2014

Kerapuhan Ideologi Kaum Muda Muslim



KERAPUHAN IDEOLOGI

KAUM MUDA MUSLIM




Saat ini kita harus mengakui bahwa mayoritas anak muda Islam mengalami pengeroposan ideologi keislaman. Akibatnya mereka mudah silau oleh gebyar keduniaan. Mudah dipermainkan dan dijadikan mainan kelompok lain yang lebih kuat ideologinya.

A
da K-pop semua ikut demam. Semua menjadi pemuja grup band Korea semisal Suju (SuperJunior), SNSD, Dalmatin, A Pink, maupun semisal JKT 48, 7 Icon, Cherry Belle, G String, Princess dan lainya. Mereka menjadi pemuja grup musik tanpa mempertimbangkan busana, penampi-lan, dan syiar lagu yang mereka nyanyikan itu menabrak aturan agama Islam atau tidak.
Pada bagian lain, kaum muda Muslim yang masih sadar akan identitas kemuslimannya banyak pula yang terombang-ambing oleh banyaknya ideologi Islam yang bersliweran di sekitar keluarganya.
Apalagi semenjak masa reformasi 1998 sales penjaja ideologi Islam semakin banyak dan beragan seperti tumbuhnya jamur di musim hujan. Dagangan yang dibawa juga sangat beragam. Ada yang sekedar menjajakan pengobatan bekam dan rukyah, namun ada pula yang menjajakan partai, menjajakan gagasan Negara Islam Indonesia, menjajakan jenggot dan jubah, menjajakan paham Khilafah Islamiyah, dan berbagai bentuk dagangan yang lain yang dikemas dan diklaim berideologi Islam.
Keluarga besar Muhammadiyah juga mengalami hal ini. Mungkin ada putra/putri aktivis PRM, PCM, PDM yang tiba-tiba saja berbalik memusuhi Muhammadiyah setelah berkenalan dengan faham Islam lain. Bahkan ada pula yang sekedar memusuhi Muhammadiyah namun malah memusuhi dan mengkafirkan ayah dan ibunya sendiri.
Banyak aktivis AMM (Pemuda Muhammadiyah, NA, IMM, maupun IPM) yang terkagum-kagum ketika meilhat gerakan Ikhwanul Muslimin, HTI, MTA, Salafy, MMI, JAT dan lain sebagainya. Mereka mengira yang baru dilihat itu terlihat lebih Islami dan dahsyat dibanding gerakan Muhammadiyah.
Mungkin, anak-anak muda itu belum tahu apalagi mengkaji manhaj gerakan dan ideologi Islam seperti apa yang diperjuangkan oleh kelompok-kelompok itu apakah ideologi dan cita-cita itu sesuai ataukah justru bertentangan dengan cita-cita dan ideologi Muhammadiyah.
Banyak pula aktivis AMM yang silau oleh gebyar dunia politik praktis sehingga meremehkan dan menganggap kecil semua pretasi dan dakwah Muhammadiyah yang selama ini bergerak di jalan sunyi. Menjadi Bupati, Gubenur, atau anggota DPR diangap jauh lebih mulia dibanding sekedar menjadi ketua PWM, menjadi rektor, menjadi dosen, kepala sekolah, takmir masjid atau direktur amal usaha Muhammadiyah.
Banyak diantara anak muda Muhammadiyah bahkan yang telah menjadi Pimpinan di Ortom setingkat Daerah, Wilayah dan bahkan Pusat yang belum pernah tahu apa itu masalah lima, MKCH, PHIWM, khitah-khitah Muhammadiyah, dan hal-hal dasar lain yang harus diketahui tentang Muhammadiyah. Bahkan, mungkin ada pula yang belum pernah membaca AD-ART Muhammadiyah secara menyeluruh mulai mukaddimahnya, apalagi membaca dan memahami Manhaj Tarjih Muhammadiyah.
Kalau ini tidak segera diatasi, akan semakin banyak anak muda Muhammadiyah yang semakin galau di persimpangan jalan. Ada yang terperosok ke arus gerakan Islam yang tidak jelas namun akan semakin banyak pula kader yang terjun bebas ke dunia politik praktis tanpa mendapat bekal yang cukup dari Muhammadiyah. Mereka hanya akan bisa memanfaatkan Muhammadiyah sebagai batu pijakan untuk melompat namun tidak tahu apa yang harus dikerjakan agar cita-cita Muhammadiyah bisa terwujud dari lapangan politik. (isma)

SUARA MUHAMMADIYAH 18 / 99 | 21 DZULQA’DAH – 5 DZULHIJJAH 1435 H